Learn, play, and share!

Sekolah

“Mas dirimu mau sekolahin kiriya di mana?”

“Ntahlah.”

“Lho kok ntahlah? Khan banyak sekolah bagus di Bandung.”

“Iya. Tapi bagus kata orang khan belum tentu bagus buat Kiriya. Biar nanti Kiriya aja yang menentukan.”

“Lho gimana sih? Anak 5 tahun mana mampu menentukan sekolah yang bagus buatnya. Ya harus orang tuanya donk.”

“Ha3, khan yang sekolah kiriya, kenapa saya yang harus menentukan?”

“Ya tapi khan dia masih kecil, pemikirannya belum nyampe mas. Masa harus mikir mana sekolah yang baik atau nggak. Kamu nih ada-ada aja deh mas!”

“Nah itu bener. Kiriya khan masih kecil. Biar aja dia menikmati proses belajar yang paling dia nikmati, sekaligus cara dan tempatnya juga. Gak milih juga gak papa toh? Yang penting semangat belajar dia selalu ada. Klo itu ada, semesta ini bisa ruang belajar yang gak ada abisnya.”

“Tapi sekolah khan penting buat pendidikannya mas?”

“Mungkin ini yang jadi masalah. Dari awal kita orang tua kadang merasa paling tahu yang terbaik untuk pendidikan anak-anak kita. Lebih parah, kita merasa sekolah satu-satunya ruang belajar yang ada. Kita kemudian menyederhanakan proses pendidikan ke terdaftar di sekolah. Sehingga memilih sekolah (yang katanya terbaik) jadi super penting. Padahal pendidikan adalah soal menumbuhkan semangat belajar. Semangat itu saya yakin ada di diri setiap anak-anak kita. Tugas kita (orang tua/guru) adalah menjaganya. Sayangnya, boro-boro menjaga semangat belajar anak-anak kita, kita punya semangat belajar aja kadang nggak. Jadi daripada sibuk pilih sekolah, mungkin lebih baik kita sibuk coba belajar bareng anak-anak kita, belajar kembali menumbuhkan semangat belajar kita. Klo kita beruntung, siapa tahu pas lagi semangat belajar kemudian di panggil sang Pencipta. Khan lumayan, punya sedikit jawaban klo ditanya malaikat ‘hal baik apa yang sudah dilakukan? belajar dengan semangat dan bahagia.’ siapa tahu jadi boleh intip menu sarapan di surga. Iya toh?”

“Makanan wae otakmu mas. Ngomong-ngomong semangat dietmu masih ada mas?”

“Masih. Dikit lagi. Besok ditambah.” 

Leave a Comment